0
Sajak
13 Feb 2011 | Author: Alhafiz | Label: SajakTepian Jalan [Sajak Untuk Kasihku]
Sebutir Permata Keringat [Sajak Untuk Mumun, Kakakku yang Budiwati]
Hening Kedalaman [Sajak Untuk Ibuku]
Melongo
Kenangan Wanita Tua
Menanti Matahari
Setengah Bayangan
Saksiku [Sajak Untuk alm. Rendra]
Pilihan Jalanan
Si Kerdil
0
TEPIAN JALAN [SAJAK UNTUK KASIHKU]
3 Feb 2011 | Author: Alhafiz | Label: Sajak
Dik, dalam lautan manusia kulihat wanita-wanita menarik angan lawan jenis
Wangi segar tubuh mereka mengisi udara kampus
Pada sepi ku bertanya dimanakah aku yang terapung dalam diskusi?
Fajar menyiram Ciputat dalam ratusan terbit
Tak juga kurasa pesona mereka mampir dalam sirr
Dalam kegagahan kulintasi mereka tanpa goda
Berlari tanpa tersandung cinta
Sekonyong parasmu menohok jantungku di tepian jalan
Kau yang bersahaja berbisik sesuatu di sukma
Benang-benang rasa teranyam tanpa bicara
Apa daya, kakak kelasmu di aliyah adalah sahabat-bacaku di luar rencana
Dia mengenalmu dari jauh
Jalan menujumu belum juga kutempuh
Ya, kita nikmati 8 purnama penuh bersolek tanpa sua
Kita hadapi dunia sendiri-sendiri
Kala ingatku padamu pulih kembali hadir mengenangmu
Dalam endapan masa kudatangi kamu lewat sahabatku
Sejak itu kita saling mencatat buku harian
Sepasang merpati menjadi buah bibir kita dan sahabat
Bulan menyingsing rajutan sutra melesat sempurna
Pada hari keempat belas jiwa dan raga kita terpaut
Kembang terus tumbuh dihujani mimpi kahyangan
Mekarlah, toh benalu semakin memendam akar
Tangis bayi adalah harapan
Harap adalah pupuk terbaik bagi kehidupan
Karena kehidupan adalah kekal maka jerit bayi selesai tak henti
Takkan lagi ayunan yang ada lebih merdu darinya
Selamanya
Tambun, 1 Februari 2011 12.59
Alhafiz
0
SEBUTIR PERMATA KERINGAT [SAJAK UNTUK MUMUN, KAKAKKU YANG BUDIWATI]
| Author: Alhafiz | Label: Sajak
Mak, jauh sudah daku melangkah
Dahaga melanda menghadapi kenyataan di muka
Kerongkonganku tercekik keras matahari
Namun jauh sebelum hayat, tak henti doa menembus 7 jenjang langit
Kau yang tertawa ku kencingi
Kau yang menitik pada mata
Kau yang mati menjamin hidupku
Dengarlah, dengan surga apa mesti ku bayar asam sebutir keringatmu?
Jakarta Raya, 31 Januari 2011 23.18
Alhafiz
0
HENING KEDALAMAN [SAJAK UNTUK IBUKU]
| Author: Alhafiz | Label: Sajak
Mak, engkau tidak banyak bicara
Bukan bisu tetapi rambu lugas bagi lintas keonaranku
Tidak lengah karena engkau dalam terpekur
Tanpa tuli sebab engkau memang peduli
Mak, ku pernah kecewa beribukan dirimu
Karena ibu mereka begitu mengarah
Batu kenyataan digeser dengah petunjuk
Akhirnya mereka terbiasa dengan sabda bunda
Mak, berapa ribu kali mentari terbit
Terang dalam pikirku tak juga singgah
Gelapku menjadi kala anggukan mereka semakin dalam
Nasib langkah mereka di ujung telunjuk
Dalam remang ku hadapi angin
Merasa terkucil pucuk liar pun tumbuh menggapai langit
Mak, sadarilah, aku saksikan ibu-ibu bergunting pada tangan memangku bonsai indah
Mak, lewat keelokan semu bingkai pot mereka, kau pupuk aku tanpa kata dan suara
Mak, fajar sudah mengintip
Kali ini juga derap detik ke muka, ku takkan lagi menghentikan diammu
Kau masih saja bicara dengan tanpa aksara
Mak, pada gayamu aku bersimpuh
Diam tak selalu angkuh
Sunyi bukan melulu acuh
Ramai mereka kadang menambah rusuh dan gaduh
Mak, heningmu menjadi saksi bahwa aku tetap tumbuh
Jakarta Raya, 31 Januari 2011 01.42
Alhafiz
Langganan:
Postingan (Atom)